2 Oktober 2009

Amerika di Balik Peristiwa 1 Oktober 1965

Jakarta, Bingkai Merah - Pernyataan tegas tentang keterlibatan Amerika di peristiwa 1Oktober 1965 (Gestok - Gerakan 1 Oktober) disampaikan oleh korban 1965 yang tergabung di Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP ‘65) pada konferensi pers di gedung Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Kamis, (1/10).


Konferensi pers dihadiri oleh Bedjo Untung, Ketua YPKP ’65, Sumini, aktivis Gerwani, dan Heru Atmodjo, saksi peristiwa Gestok, tanpa kehadiran Ketua Tim Penyelidikan Peristiwa 1965/1966 Komnas HAM, Nurcholis, yang direncanakan hadir dan ikut memfasilitas konferensi pers itu dengan alasan yang tidak jelas.

Pernyataan para korban seakan ingin mengingatkan kembali kepada publik tentang satu peristiwa sejarah yang direkayasa oleh rejim otoritarian Jenderal Soeharto. Beberapa tahun belakangan ini terasa isu peristiwa 1965 kurang muncul di permukaan. Pemerintah pun seakan membiarkan isu ini terapung-apung ke dalam ketidakjelasan. Sementara itu, kalangan akademisi terus membangun jalinan cerita dari fakta-fakta sejarah yang mendekati peristiwa sebenarnya saat itu. Berbeda dengan sejarah versi pemerintah.

“Peristiwa yang dikenal dengan G 30 S itu masih menjadi kontroversi dan kajian sejarah yang rumit karena mengalami distorsi sejarah yang dilakukan rejim otoritarian Jenderal Soeharto secara membabi buta”, kata Bedjo Untung di sela konferensi pers.

Ada banyak fakta sejarah menyimpulkan keterlibatan pemerintah Amerika dalam merekayasa peristiwa Gestok. Salah satunya yang paling dipercaya adalah dokumen Central Intelligence Agency (CIA) yang dikeluarkan Amerika sendiri. Dokumen itu membuka tabir kelam siapa yang bertanggung jawab atas peristiwa Gestok.

Pada dokumen CIA disebutkan adanya pertemuan para intelejen dari CIA pada Maret 1965. Pertemuan yang dihadiri Averell Harriman, William Bundy, Elsworth Bunker dan Howard P. Jones, bekas Duta Besar Amerika untuk Indonesia berisi wacana tugas CIA dalam menentukan garis strategi penggulingan Presiden Republik Indonesia Sukarno.

Menurut Heru Atmodjo, Amerika pernah menyerang sebanyak tujuh kali untuk menjatuhkan Sukarno secara langsung, namun semuanya gagal. Sukarno begitu populer di hadapan rakyatnya.

“Soekarno yang menghimpun kekuatan non blok di seluruh dunia dan anti imperialis barat mengancam kepentingan barat. Hal itu membuat CIA memutuskan untuk menjatuhkan Sukarno secara tidak langsung”, katanya.

Pengetahuan Heru di dunia intelejen tidak diragukan lagi. Pengalamannya sebagai intelejen di Angkatan Udara membuat dia mengerti Gestok merupakan operasi intelejen canggih.

“Kemungkinan CIA memasukkan orangnya di tubuh PKI dan AD untuk mengonfrontir kedua institusi itu untuk menjatuhkan Soekarno dari puncuk pimpinan Republik Indonesia. Selain itu, merekayasa sedemikian rupa agar Partai Komunis Indonesia (PKI) dipersalahkan karena berusaha menggulingkan pemerintahan Soekarno dengan membunuh tujuh perwira Angkatan Darat”, lanjutnya.

Dampak yang sangat besar dari peristiwa itu adalah pembunuhan jutaan orang anggota dan simpatisan PKI. Menurut Sumini, korban perempuan, dirinya “diambil” begitu saja oleh tentara untuk ditahan tanpa pengadilan. Beberapa diantaranya mengalami kekerasan, bahkan dibunuh. Begitu kira-kira dampak besar dari pertarungan ideologi yang terjadi sejak dulu di Indonesia. (hs)


Komentar :

ada 0 komentar ke “Amerika di Balik Peristiwa 1 Oktober 1965”

Posting Komentar

Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.

Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.

Terima kasih.

 

© Bingkai Merah, Organisasi Media Rakyat: "Mengorganisir Massa Melalui Informasi". Email: bingkaimerah@yahoo.co.id