TANGERANG – Nasib korban Situ Gintung hingga kini makin tidak jelas.
Oleh : Parluhutan Gultom
Sudah hampir tujuh bulan lebih mereka bertahan di hunian sementara di Wisma Kerta Mukti I tanpa ada kepastian tempat tinggal tetap. Pemerintah setempat cuma bisa mengumbar janji. Gurat duka masih membekas di wajah Chairul (30). Rentetan peristiwa “tsunami kecil” di Situ Gintung yang menelan korban ratusan nyawa hingga kini masih menghiasi ruang kecil dalam benaknya. Padahal, hampir tujuh bulan berlalu pascatragedi maut itu.
Ya, rasanya sulit bagi guru SMK Dewi Sartika, Jakarta Barat, ini untuk cepat-cepat mengusir rasa trauma. Maklum, meski berhasil lolos dari maut, bencana mengerikan itu telanjur menyapu seluruh harta benda sekaligus nyawa orang-orang tercinta.
Rumah berikut harta benda miliknya di RT 04/08 No 54, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, sekitar 300 meter di bawah Situ Gintung, luluh lantak dihantam air, sedangkan adik kandungnya, Rusmiati, berikut dua anaknya, Zahra dan Rifah, tewas digulung oleh derasnya arus.
Belum habis trauma yang menghantui benaknya, kini Chairul yang menetap di hunian sementara (huntara) Wisma Kerta Mukti I masih harus dihadapkan oleh pahitnya kenyataan terkait belum jelasnya jalan untuk menata kembali kehidupan yang telanjur berantakan.
“Seluruh yang saya miliki sudah habis tergerus air. Uang dan perhiasan yang bertahun-tahun saya tabung bersama istri juga hilang tidak berbekas, termasuk surat-surat rumah. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba itu sama sekali tidak memberikan pilihan kepada saya untuk bertindak, selain berupaya menyelamatkan diri,” katanya.
Satu-satunya harapan Chairul kini bergantung pada janji pemerintah yang akan memberikan bantuan berupa biaya penggantian untuk perbaikan atau pembangunan kembali rumah yang rusak. Sayangnya, hingga tujuh bulan berlalu pascatragedi Situ Gintung, janji itu masih juga mengambang tanpa kejelasan.
“Bukan cuma bantuan biaya pengganti perbaikan atau pembangunan rumah yang rusak saja yang tidak jelas, tetapi juga uang duka bagi korban meninggal sebesar Rp 2,5 juta seperti yang telah dijanjikan Pemkot Tangsel sebelumnya sampai kini juga tidak pernah teralisasi,” katanya.
Membengkak
Di tengah kecemasan dan kekecewaan itu, Chairul dan pengungsi lainnya di Wisma Kerta Mukti I justru mendapati adanya pembengkakan pada jumlah korban tragedi Situ Gintung. Bahkan, ratusan warga yang dianggap bukan korban langsung atas tragedi maut itu justru ikut mendapatkan bantuan.
“Sepengetahuan saya, banyak warga yang bukan korban justru ikut mendapatkan bantuan, seperti 150 petani tambak yang selama ini memanfaatkan Situ Gintung untuk mencari ikan. Mereka itu bukan korban karena mereka tidak kehilangan apa-apa selain kesempatan untuk mencari ikan. Namun, kenapa mereka juga mendapatkan bantuan sebagaimana korban lainnya yang sudah kehilangan keluarga dan tempat tinggal,” ujar Chairul dengan nada kesal.
Keluhan akan adanya indikasi kesalahan verifikasi jumlah korban Situ Gintung itu kiranya tidak cuma disampaikan oleh Chairul Seorang. Karena, Gunawan, korban yang kini Menetap di Wisma Kerta Mukti Dua juga mengeluhkan hal yang sama.
Untuk itu, mereka (para korban yang kini menetap di Wisma Kerta Mukti I dan II) mendesak Pemkot Tangsel untuk melakukan revisi atas jumlah korban tersebut. “Jangan sampai korban sebenarnya justru tidak mendapatkan hak. Sebaliknya yang bukan korban justru enak-enakan menerima bantuan,” kata Gunawan.
Terkait dengan merebaknya keluhan dari penghuni Wisma Kerta Mukti I, Asisten Daerah (Asda) Satu Bidang Pemerintahan, Kota Tangerang Selatan, Ahmad Hadi mengaku bisa memaklumi kondisi para pengungsi tersebut. Dia memastikan bahwa bantuan untuk para korban segera akan terealisasi.
“Bantuan untuk perbaikan rumah para korban tersebut saat ini masih dalam proses audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Setelah proses itu rampung, tentunya bantuan akan segera disalurkan kepada para korban,” katanya.
Dikutip Dari Prakarsa Rakyat
30 September 2009
Korban Situ Gintung Kenyang Makan Janji
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar :
Posting Komentar
Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.
Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.
Terima kasih.