Jakarta, Bingkai Merah - Ribuan massa dari Front Oposisi Rakyat Indonesia (FOR Indonesia) berunjuk rasa menuntut rejim Susilo Bambang Yudoyono (SBY) mundur dan sistem kapitalisme diganti (Kamis, 28/01). Tuntutan FOR Indonesia sangat berbeda dari ketujuh kelompok massa aksi lainnya yang terkonsentrasi di Istana Negara.
Ketujuh kelompok massa lainnya cenderung fokus pada persoalan korupsi yang dinilai FOR Indonesia hanya satu masalah yang terletak di permukaan. Persoalan Century, misalnya, merupakan kasus yang kental nuansa pertarungan pemodal dan elit politik. Aktor-aktor intelektual menggiring media untuk dapat memobilisasi massa dengan membangun citra sebagai kasus murni penyalahgunaan wewenang pejabat negara dan merugikan rakyat banyak. Padahal, kasus Century merupakan salah satu bentuk nyata hasil dari pertarungan pemodal dan kaum neolib yang juga bercokol di tubuh negara sebagaimana lazimnya terjadi di negara-negara yang mengadopsi sistem neoliberalisme.
Sultoni, Koordinator Lapangan aksi FOR Indonesia, di dalam orasinya menyatakan, “lima tahun seratus hari pemerintahan SBY dipenuhi dengan kebohongan publik. Selama itu sesungguhnya pemerintah telah menindas rakyat dari segala dimensi, termasuk pemerintahan yang korup. Semua terjadi karena sistem ekonomi negara kita mengadopsi neoliberalisme, biang dari segala keterpurukan bangsa ini”.
FOR Indonesia menilai jalan neoliberalisme atau pasar bebas sebagai muslihat kapitalisme. Kaum kapitalis bercokol di tubuh negara dan mengunakannya untuk menumpuk kekayaan dengan mengorbankan mayoritas rakyat miskin. Kaum kapitalis mengubah berbagai kebijakan dan undang-undang untuk memuluskan program-program neoliberalisme. Kaum kapitalis memonopoli berbagai sumber daya untuk mengukuhkan imperial modal di negara ini.
SBY dinilai FOR Indonesia sebagai antek kapitalis yang berfungsi sebagai sentral kekuasaan politik untuk mengarahkan sistem ekonomi Indonesia ke jalan neoliberalisme. Pilihan SBY terbukti menyengsarakan rakyat. Yang dirasa rakyat hanya kenaikan harga bahan bakar minyak, tarif dasar listrik dan air, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, pengusuran lahan dan pemukiman rakyat, rendahnya upah kerja, sistem kerja kontrak, meningkatnya jumlah pengangguran, dsb. Persetujuan Indonesia di dalam ACFTA (Perdagangan Bebas Asia-Cina) semakin memperpuruk kaum tani dan produsen ekonomi rakyat.
Aksi FOR Indonesia diwarnai dengan tindakan represi dari aparat. Beberapa orang luka-luka ringan. Sebanyak tiga peserta aksi ditahan oleh polisi. Termasuk perlakuan kepada peserta aksi perempuan.
FOR Indonesia berkomitmen akan terus mengupayakan agar rejim SBY dan sistem kapitalisme diganti dengan pemerintahan rakyat dan sosialisme sebagai pilar ekonomi politik negara. Momentum 28 Januari merupakan awal gerakan oposisi sejati rakyat terhadap pemerintahan neoliberal.
Di dalam aksinya, FOR Indonesia menuntut industrialisasi nasional di bawah kontrol rakyat, nasionalisasi perusahaan vital negara, hapus utang luar negeri, sita harta koruptor sejak jaman orba, naikkan upah, pendidikan dan kesehatan gratis, transportasi massal dan modern, perumahan layak, massal, dan sehat, tanah, teknologi, dan modal untuk kaum tani, adili seluruh kejahatan HAM sejak tragedi 1965, penulisan ulang sejarah rakyat Indonesia, dan kesetaraan perempuan.
FOR Indonesia terdiri dari elemen buruh, tani, rakyat miskin kota, kelompok perempuan berlawan, pelajar, mahasiswa, dan pemuda progresif, organisasi lingkungan, organisasi HAM, organisasi korban, lembaga hukum, dan kelompok diskusi yang serentak bergerak secara nasional.
FOR Indonesia merupakan front pemersatu dan permanen yang menyatakan diri beroposisi berhadap-hadapan dengan negara dan pemerintah. FOR Indonesia terbentuk dari kekosongan fungsi oposisi sejati di panggung parlemen yang dijalankan partai-partai borjuasi. Oleh karena itu, FOR Indonesia anti kohesi dengan elit politik mana pun. (bfs)
31 Januari 2010
Ganti Rejim Ganti Sistem!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar :
Posting Komentar
Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.
Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.
Terima kasih.