Oleh : Prasetyo serna Galih
Menjalani hidup di jalan sangat berat. Bapak Hendar (45 tahun) merupakan salah satu dari sekian banyak manusia Indonesia yang menyandarkan hidupnya di jalanan yang keras. Ia berprofesi sebagai sopir tembak angkot KO2 jurusan Bekasi - Pd.Gede sejak tahun 2007. Profesi sopir angkot telah dijalaninya selama hampir 3 tahun. Sejak memulai profesinya sebagai sopir angkot pada 2007 sampai sekarang, ia tetap sopir tembak. Sebelumnya bapak tiga orang anak itu pernah bekerja sebagai penjual nasi goreng di sekitar tempat tinggalnya di Bekasi Selatan. Ia pernah juga berprofesi sebagai buruh pabrik di Cikarang sebelum dipecat karena pabriknya bangkrut.
Ada perbedaan antara sopir angkot yang asli dengan sopir tembak. Sopir tembak adalah mereka yang menggantikan posisi sopir asli angkot jika sopir aslinya tidak bisa bekerja atau biasa disebut "sopir narik”.
Proses pembagian hasil pekerjaanya pun berbeda. Pak Hendar menuturkan, “kalo saya neh dua kali rit itu harus nyetor ke sopir biasa 60 ribu. Nah, saya bisa ambil uang kelebihan dari 60 ribu tadi”. Jika seandainya dalam 1 hari mereka mendapat 70 ribu dalam sekali rit, maka hanya 10 ribu hasil yang mereka peroleh. Biasanya sopir tembak mendapatkan jatah tiga atau empat rit dalam satu hari. Tergantung kesepakatan antara sopir asli dengan sopir tembak.
Tiap harinya Pak Hendar membawa 50 ribu rupiah atau 150 ribu rupiah jika tarikan ramai. Dengan penghasilan sebesar itu ia harus membiaya segala macam kebutuhan hidup keluarganya. Dengan 3 anak yang masih bersekolah, penghasilan Pak Hendar jelas sangat tidak mencukupi. “Biaya sekolah mahal. Katanya gratis tapi tetep tetek bengeknya bayar, macam uang buku, uang LKS”.
Sementara itu, biaya SPP sekolah anak-anak Pak Hendar bervariasi. Anaknya yang pertama duduk di bangku SLTP. Pak Hendar harus membayar 75 ribu tiap bulan. Sementara dua anaknya yang lain masih duduk di bangku SD. Ia harus mengeluarkan 50 ributiap bulannya. Itu semua belum termasuk biaya-biaya lain seperti uang buku, LKS, fotocopyan, ulangan dan lain-lain. Belum lagi jika harga-harga kebutuhan pokok naik. Pak Hendar dan keluarga harus benar-benar merasakan getirnya mengecangkan ikat pinggang.
Permasalahan yang dialami Pak Hendar juga dialami jutaan rakyat Indonesia lainnya. Permasalahan tidak hanya masalah pendidikan yang mahal tapi juga masalah lain, seperti biaya listrik, kenaikan harga BBM, kenaikan harga kebutuhan pokok, dan permasalahan lainnya.
Rakyat macam pak Hendar hanya menginginkan kemudahan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Mereka tidak menginginkan adanya kenaikan harga kebutuhan pokok. “Waduh gak sekalian aja pemerintah tembakin rakyatnya satu-satu. Udah susah tambah susahnya aja. Saya gak setuju, yang harus dinaikan tuh yang kaya-kaya. Kalo buat kita yang buat makan aja susah, kenapa harus terus dibuat susah. “. Penuturan pak Hendar mewakili keluhan rakyat miskin yang terus saja ditindas pemerintah secara struktural.
Pemerintah telah melupakan makna kemerdekaan bangsa ini. Pemerintah harus memerdekakan lapisan masyarakat dari segala macam penindasan. Yang dialami Pak Hendar dan jutaan rakyat miskin tidak mencerminkan hal itu. Harapan akan masa depan lebih baik merupakan harapan bersama rakyat yang disandarkan kepada pemerintah.
Harapan Pak Hendar tidak banyak. Ia hanya menginginkan tidak ada lagi ketidakadilan yang dirasakan rakyat. Mereka yang sekarang menjadi pejabat mempunyai kewajiban yang besar untuk memberikan keadilan kepada seluruh lapisan masyarakat. Percuma jika saat pemilu, parpol dan para elit politk berlomba-lomba menarik hati rakyat. Namun, ketika sudah mendapatkan jabatan, rakyat terutama rakyat miskin, dilupakan bahkan ditindas. (PSG)
15 Februari 2010
Suara Bisu Supir Angkot
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar :
Posting Komentar
Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.
Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.
Terima kasih.