9 Desember 2010

Anugerah Tirto Adhi Soerjo

Jakarta, Bingkai Merah – Anugerah Tirto Adhi Soerjo diberikan kepada Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI) dan Budiono Darsono dengan Detik Dot Com-nya (7/12). Anugerah itu dalam rangka memperingati Hari Jurnalistik Indonesia yang jatuh pada 7 Desember. Sekaligus memperingati wafatnya Bapak Jurnalistik Indonesia, Tirto Adhi Soerjo, yang menghabiskan hidupnya untuk perkembangan jurnalistik rakyat dan perjuangan melawan imperialisme.

Anugerah diberikan kepada KLJI karena penyelenggara menilai KLJI sebagai komunitas yang berbasis jurnalistik fotografi melestarikan metode fotografi yang mengedepankan proses alkimia dari kerja rekam objek. Di tengah percepatan proses informasi sebagai hasil dari media, KLJI seolah mengingatkan kita atas arti penting sebuah proses.

Tirto Adhi Soerjo sendiri pernah menulis artikel berjudul “Ilmu Menggambar Sorot” pada awal abad 20. Ia menjelaskan proses alkimia fotografi dasar, anatomi medianya, dan objek gambar sebagai hasilnya. Tulisannya dimuat di Soenda Berita, No 3, Tahun I, 21 Februari 1903 dan dimuat ulang di Poetri Hindia, No 17, Tahun II, 1 Juli 1909, hlm. 232-233 dan 244-255.

Berbeda dengan
KLJI yang menjalankan proses begitu lambat dengan kamera lubang jarumnya, Budiono Darsono menjalankan media yang dibentuknya kemudian dengan tuntutan percepatan proses. Budiono dari awal melihat peluang media online/internet begitu besar untuk menjadi kebutuhan informasi baru bagi masyarakat yang berkembang dari detik ke detik. Menurutnya, kecepatan mengikuti ritme waktu adalah jantung informasi bagi masyarakat baru itu.

Media melalui internet adalah penanda hadirnya arus baru setelah seabad lebih masyarakat Indonesia mengenal jurnalistik cetak. Kehadirannya cukup revolusioner karena dapat menandingi media cetak dan audiovisual secara cepat.

Newseum Indonesia sebagai penyelenggara membubuhkan tema Waktu pada Anugerah Tirto Adhi Soerjo di tahun ini. Proses waktu yang memberi tempat tumbuhnya alkimia termaktub di
KLJI. Sementara itu, proses waktu yang menandakan masyarakat yang cepat mendapatkan informasi termaktub di gagasan Budiono.

Anugerah Tirto Adhi Soerjo bukan hanya diselenggarakan tahun ini. Anugerah itu telah diadakan sejak 2007. Pramoedya Ananta Toer merupakan jurnalis pertama yang menerima anugerah itu. Ia dianggap begitu berjasa di dalam memperkenalkan Tirto Adhi Soerjo ke dunia dan dedikasinya mengembangkan jurnalistik sastra untuk perjuangan rakyat. Meski demikian, gaung penganugerahan itu kurang meluas. Hal itu dikarenakan kurangnya dukungan dari insan jurnalistik itu sendiri.

Menurut Muhidin M. Dahlan, periset Tirto Adhi Soerjo, banyak jurnalis Indonesia masih meragukan gagasan jurnalisme dari Tirto Adhi Soerjo. Mereka enggan mengakui 7 Desember sebagai Hari Jurnalistik Indonesia. Hal itu terjadi karena rejim Orde Baru telah mengabaikan sejarah Tirto Adhi Soerjo dan sejarah jurnalistik Indonesia yang khas pergerakan revolusioner. Orde Baru tidak menginginkan jurnalis-jurnalis berani memperjuangkan hak-hak rakyat sebagaimana Tirto dahulu lakukan hingga wafat. Tanpa disadari represi itu masih merasuki sebagian jurnalis Indonesia yang menempatkan jurnalistik di ruangnya yang semu, menjadi agen dari kekuasaan politik borjuasi dan arus modal, dan lupa bahwa sejarah jurnalistik Indonesia itu bagian dari pergerakan rakyat. (bfs)

Foto: Yogi Suryana/Bingkai Merah.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Anugerah Tirto Adhi Soerjo”

Posting Komentar

Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.

Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.

Terima kasih.

 

© Bingkai Merah, Organisasi Media Rakyat: "Mengorganisir Massa Melalui Informasi". Email: bingkaimerah@yahoo.co.id