Pekan pertama aksi massa di Kairo dan Alexandria dianggap mengganggu ketertiban umum. Hillary Clinton dengan tegas menyatakan, pemerintahan Ho$ni Mubarak amat sangat stabil, hal itu diungkapkannya sebelum ratusan ribu rakyat Mesir sepekan kemudian turun ke jalan, menyatakan kemarahannya ke seluruh pelosok negeri. Sejak itu, Mesir pun berganti rupa dan tak sama lagi.
Presiden Obama pun mengganti buru-buru haluan, yakni "memihak" sejarah dan momentum perubahan di Arab. Kebijakan politik luar negeri Amerika, kini, sepertinya tersandung dilema antara prinsip (klaimnya sebagai polisi moral untuk demokrasi dunia) dan kepentingan-kepentingan imperialisnya (mendikte rezim-rezim boneka) yang memastikan akses-akses sumber daya alam dan pasar negara-negara Arab tetap terbuka bagi AS.
Tahun baru 2011, ternyata dikejutkan dengan dua peristiwa revolusi di Arabia, juga membuat Obama bergegas mengajak ngopi bareng bos besar Facebook. Tujuannya untuk memastikan "keselamatan" jejaring maya dunia yang konon digunakan sebagai perangkat revolusi di Jazirah Arab.
Presiden Obama pun mengganti buru-buru haluan, yakni "memihak" sejarah dan momentum perubahan di Arab. Kebijakan politik luar negeri Amerika, kini, sepertinya tersandung dilema antara prinsip (klaimnya sebagai polisi moral untuk demokrasi dunia) dan kepentingan-kepentingan imperialisnya (mendikte rezim-rezim boneka) yang memastikan akses-akses sumber daya alam dan pasar negara-negara Arab tetap terbuka bagi AS.
Tahun baru 2011, ternyata dikejutkan dengan dua peristiwa revolusi di Arabia, juga membuat Obama bergegas mengajak ngopi bareng bos besar Facebook. Tujuannya untuk memastikan "keselamatan" jejaring maya dunia yang konon digunakan sebagai perangkat revolusi di Jazirah Arab.
Namun begitu, benarkah revolusi-revolusi itu diciptakan oleh penggiat jejaring maya, yang memompa radikalisasi dengan video-video amatir melalui saluran website Youtube? Bagaimana sebenarnya kiprah kaum muda dan pergerakan rakyat di dalam revolusi?
Catatan ini adalah sebuah refleksi bagaimana revolusi Arabia teradikalisasi melalui jejaring media sosial yang bersinergi dengan gerakan rakyat dan usaha kontra produktif pembredelan akun-akun facebook kelompok pembela hak-hak sipil warga Ahmadiyah di Cikeusik.
Revolusi rakyat Tunisia dan Mesir
Keberhasilan penggulingan dua rezim diktator militer, di Tunisia dan Mesir, adalah hasil penyatuan pergerakan rakyat dengan penggunaan teknologi media sosial. Dari pelosok desa Sidi Bouzid, kemarahan warga berhasil disiarkan ke seluruh penjuru dunia melalui jejaring media sosial ketika prosesi pemakaman Mohammed Bouzizi dilaksanakan. Facebook, Twitter, dan Youtube dari jejaring-jejaring sosial media inilah membuat sosok Mohammed Bouzizi menjadi legenda agung di abad milenium ini. Ia sang penyulut revolusi Arabia yang kini abadi tercatat dalam sejarah.
Revolusi rakyat Tunisia dan Mesir
Keberhasilan penggulingan dua rezim diktator militer, di Tunisia dan Mesir, adalah hasil penyatuan pergerakan rakyat dengan penggunaan teknologi media sosial. Dari pelosok desa Sidi Bouzid, kemarahan warga berhasil disiarkan ke seluruh penjuru dunia melalui jejaring media sosial ketika prosesi pemakaman Mohammed Bouzizi dilaksanakan. Facebook, Twitter, dan Youtube dari jejaring-jejaring sosial media inilah membuat sosok Mohammed Bouzizi menjadi legenda agung di abad milenium ini. Ia sang penyulut revolusi Arabia yang kini abadi tercatat dalam sejarah.
Akan tetapi, media sosial, semisal facebook, bukanlah satu-satunya faktor penentu lahirnya sejarah perubahan rakyat Arab. Tekanan krisis ekonomi dan politik, seperti, merebaknya angka pengangguran, naiknya harga pangan dan kebutuhan pokok, serta bangkrutnya institusi politik di bawah kuasa rezim-pelayan kepentingan Amerika, merupakan faktor penting penentu terjadinya perubahan situasi sosial dan politik. Sinergi kekuatan organisasi pro-demokrasi, koalisi kelompok oposisi baik yang Islamis maupun sayap kiri, beserta pemanfaatan penggunaan teknologi informasi, akhirnya mempersatukan radikalisme massa yang melahirkan revolusi di Tunisia.
Revolusi kemudian menyebar tak terelakkan, di Mesir, perlawanan gerakan buruh menguat dan semakin rapih teroganisir. Penggiat blogger dan usaha-usaha gerilya facebooker kelas menengah juga berhasil menyatukan kekuatan yang menggulingkan rezim diktator Ho$ni Mubarak, setelah tiga puluh tahun berkuasa. Namun, kiprah kaum muda kelas menengah ini sebagai pelopor revolusi di Mesir yang dominan, masih diperdebatkan oleh publik. Pemogokan buruh textil, di Mahalla, pada tahun 2006, merupakan faktor penting yang akhirnya memperkokoh dan mempertajam militansi para aktivis-militan kaum muda kelas menengah sebagai bahan bakar pembangunan revolusi pada tahun ini (Nada Matta 2011).
Revolusi kemudian menyebar tak terelakkan, di Mesir, perlawanan gerakan buruh menguat dan semakin rapih teroganisir. Penggiat blogger dan usaha-usaha gerilya facebooker kelas menengah juga berhasil menyatukan kekuatan yang menggulingkan rezim diktator Ho$ni Mubarak, setelah tiga puluh tahun berkuasa. Namun, kiprah kaum muda kelas menengah ini sebagai pelopor revolusi di Mesir yang dominan, masih diperdebatkan oleh publik. Pemogokan buruh textil, di Mahalla, pada tahun 2006, merupakan faktor penting yang akhirnya memperkokoh dan mempertajam militansi para aktivis-militan kaum muda kelas menengah sebagai bahan bakar pembangunan revolusi pada tahun ini (Nada Matta 2011).
Melalui jejaring sosial media, semisal, blog gratis di Wordpress dan Blogspot.com, benar adanya, kaum muda yang cekatan menggunakan teknologi dan melek informasi berhasil menyebarkan nilai-nilai pembebasan, demokrasi kerakyatan, dan keadilan sosial. Usaha ini juga berhasil menerobos semua level kelas. Melalui media tulis-menulis, foto jurnalistik, dan video amatir, mereka mendistribusikannya tanpa batas. Faktor keberhasilan ini juga diperkuat oleh penggunaan media sosial facebook. Sekira lima juta orang mengaksesnya setiap waktu melalui handphone.
Usaha menyebar cita-cita perubahan ini di Mesir telah lama direspon dengan penangkapan, penjara, dan seringkali berakhir dengan penyiksaan dan korban jiwa oleh aparat. Wael Ghonim, admin (operator fanpage) halaman كلنا خالد سعيد-Kita semua adalah Khaled Said, pernah ditangkap dan beruntung kemudian dibebaskan hidup-hidup dua hari sebelum Mubarak akhirnya menyatakan mundur.
Ia dan beberapa penggiat media sosial lainnya berhasil mengkonsolidasikan 800.000 ribu lebih pengakses fanpage tersebut dan kini mampu memobilisasi jutaan rakyat lintas kelas sosial dan organisasi-organisasi pro-demokrasi menggulingkan kekuasaan diktator dukungan Amerika pada 11 Februari 2011. Media sosial dan aktivisme, ternyata telah berhasil merubah kondisi sosial dan kekuasaan politik kelas berkuasa di Mesir. Ini adalah sebuah kondisi yang unik, dimana penggunaan teknologi informasi, radikalisme, dan kemarahan rakyat melahirkan sebuah revolusi populer seperti halnya di Tunisia.
Kontra Revolusi di Cikeusik
Ketika jejaring sosial media dan berita-berita media tak henti-hentinya mengabarkan angin perubahan dari semenanjung Arabia, melalui jejaring Youtube, kita kemudian menyaksikan bagaimana kekuatan anti-demokrasi di Indonesia menyerang warga Ahmadiyah yang disaksikan aparat negara dan kemudian juga menyerang media-media sosial milik kelompok pro-demokrasi pembela keberagaman. Pada 6 Februari silam, setidaknya dua kantor berita berbahasa Inggris, Alzajeera dan French24 menayangkan peristiwa pembantaian Cikeusik ke seluruh penjuru dunia.
Kontra Revolusi di Cikeusik
Ketika jejaring sosial media dan berita-berita media tak henti-hentinya mengabarkan angin perubahan dari semenanjung Arabia, melalui jejaring Youtube, kita kemudian menyaksikan bagaimana kekuatan anti-demokrasi di Indonesia menyerang warga Ahmadiyah yang disaksikan aparat negara dan kemudian juga menyerang media-media sosial milik kelompok pro-demokrasi pembela keberagaman. Pada 6 Februari silam, setidaknya dua kantor berita berbahasa Inggris, Alzajeera dan French24 menayangkan peristiwa pembantaian Cikeusik ke seluruh penjuru dunia.
Melalui saluran Youtube, yang diunggah jurnalis Andreas Harsono, kita menyaksikan peristiwa yang sungguh-sungguh bertolak belakang dimana revolusi Arabia yang mencita-citakan kebebasan, perbedaan dan merayakan keberagaman, dan demokrasi; sementara di Cikeusik, kita menyaksikan realitas sosial dipertontonkan dan dipaksa kembali berjalan mundur ke belakang ke jaman kegelapan yang anti nilai-nilai kemanusiaan.
Segala bentuk keanehan dan dugaan memang akhirnya tertuju kepada kekuasaan dan kelompok berkuasa pendukung status quo, yang konon sengaja membayar dan menghasut massa dengan isu SARA; sehingga, kebangkrutan institusi kekuasaan elit berkuasa saat ini disembunyikan dari tanda-tanda kegagalan (taktik: konflik horizontal dengan isu SARA).
Dampak lain dari peristiwa Cikeusik adalah pembredelan dan pembungkaman beberapa akun facebook-kelompok pro-pembela hak-hak sipil warga Ahmadiyah, yang dilindungi di dalam konstitusi RI, yang dalam rangka meminta pertanggunjawaban negara atas meninggalnya warga Ahmadiyah. Karena usaha-usahanya itu, setidaknya, dua akun pengguna facebook telah terblokir dan kehilangan semua akses jaringan, file-file digital, dan perkawanan yang berjumlah ribuan, seperti yang tertulis dalam testimoni Donny Suryono:
Usaha membungkam dan bredel yang dialami kelompok pro-demokrasi pembela hak-hak sipil warga Ahmadiyah, merupakan sebuah indikasi dan ciri pokok dimana perilaku-pembungkaman ini pernah dipraktikkan oleh rezim anti-demokrasi di masa lalu. Memblokir jaringan sosial media untuk meredam penyebaran nilai-nilai pembebasan, perubahan dan demokrasi, juga dilakukan oleh Khadafi di Libya dan Ho$ni Mubarak di Mesir baru-baru ini. Rezim otoriter dan kelompok anti-demokrasi inilah yang selama ini menindas hak-hak kemerdekaan individu, kebebasan masyarakat sipil, dan anti nilai-nilai demokrasi dengan jalan pembredelan.
Revolusi Arabia yang dibangun atas sinergi kekuatan penggunaan media sosial dan nilai-nilai pro-demokrasi adalah sebuah momen bersejarah dimana untuk pertama kalinya, akhirnya, rakyat Tunisa dan Mesir berhasil menggulingkan kekuasaan rezim diktator militer.
Fenomena ini terlihat sejak 13 Februari lalu, setelah saya telusuri, FB milik Urban Poor Consortium (UPC), BINGKAI MERAH serta banyak kawan aktivis Pluralisme dan Pro-Demokrasi yang selalu kritis berkoar di FB, juga tiba-tiba kedapatan seenaknya dinonaktifkan tanpa ada penjelasan telah melanggar apa atau karena sebab apa. Padahal, kebijakan FB biasanya memberikan peringatan terlebih dahulu kemudian meniadakan fitur-fitur tertentu sebagai "hukuman", baru setelah tak ada perubahan maka akan diremove total.
Usaha membungkam dan bredel yang dialami kelompok pro-demokrasi pembela hak-hak sipil warga Ahmadiyah, merupakan sebuah indikasi dan ciri pokok dimana perilaku-pembungkaman ini pernah dipraktikkan oleh rezim anti-demokrasi di masa lalu. Memblokir jaringan sosial media untuk meredam penyebaran nilai-nilai pembebasan, perubahan dan demokrasi, juga dilakukan oleh Khadafi di Libya dan Ho$ni Mubarak di Mesir baru-baru ini. Rezim otoriter dan kelompok anti-demokrasi inilah yang selama ini menindas hak-hak kemerdekaan individu, kebebasan masyarakat sipil, dan anti nilai-nilai demokrasi dengan jalan pembredelan.
Revolusi Arabia yang dibangun atas sinergi kekuatan penggunaan media sosial dan nilai-nilai pro-demokrasi adalah sebuah momen bersejarah dimana untuk pertama kalinya, akhirnya, rakyat Tunisa dan Mesir berhasil menggulingkan kekuasaan rezim diktator militer.
Upaya pembangunan demokrasi di negara-negara Arabia dan Indonesia tentu saja membutuhkan waktu yang panjang dan usaha bersama, dimana menghormati nilai-nilai perbedaan dan keberagaman di dalam masyarakatnya sendiri, adalah sebuah keharusan. Upaya pembungkaman terhadap pembelaan nilai keberagaman dan demokrasi di Indonesia atau dimana pun, tentu saja harus dilawan, sebagaimana kaum muda telah memulainya tiga belas tahun yang lalu.
(Montreal, 20 Februari 2011)
(Montreal, 20 Februari 2011)
Komentar :
Posting Komentar
Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.
Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.
Terima kasih.