31 Agustus 2011

Materialisme Dialektika dan Idealisme Metafisik

Oleh Tatiana Lukman*

Bicara tentang Materialisme Dialektik, tak terhindarkan kita harus bicara tentang dua kubu pandangan dunia besar yang bertentangan, yaitu Materialisme Dialektik dan Idealisme Metafisik.

Perdebatan antara Materialisme Dialektik dan Idealisme Metafisik sama sekali bukan sebuah perdebatan kusir. Masing-masing pandangan dunia itu membawa konsekuensi yang panjang dan dalam, dalam praktek politik, ekonomi dan sosial manusia.

Jadi, perdebatan itu tidak bisa disederhanakan dan direduksi seperti perdebatan tentang mana yang ada duluan, telor atau ayam, mana yang ada duluan, ide atau materi. Titik. Tidak begitu.

Mengapa ada dua pandangan dunia besar yang bertentangan? Sebab yang paling penting adalah adanya perjuangan antara kepentingan kelas dalam masyarakat.

Sejarah peradaban selama beribu-ribu tahun adalah sejarah perjuangan kelas. Dalam sebuah masyarakat yang terbagi dalam kelas-kelas, tak terhindarkan setiap orang adalah bagian dari satu kelas tertentu, dan segala macam pikiran mempunyai stempel dari kelas tertentu.


Setiap kelas memegang sebuah pandangan dunia sesuai dengan kepentingan ekonomi dan politiknya. Itulah sebabnya mengapa walaupun terjadi kemajuan produksi, teknologi dan pengetahuan manusia tentang alam dewasa ini yang begitu menakjubkan, toh kelas borjuasi dan kelas penghisap dan penindas lainnya masih tetap memegang idealisme dan metafisik.

Jadi secara kelas, kelas penghisap dan penindas tidak mungkin menganut Materialisme Dialektis. Kalau ada orang dari kelas penghisap yang meninggalkan penghisapan dan penindasannya dan menyeberang ke pihak kelas yang terhisap dan membela kepentingkan kelas yang terhisap dan tertindas. Nah, berarti dia telah mengkhianati kelasnya sendiri (sesuatu yang sangat positif dan baik sekali!!!) dan ia akan menggunakan Materialisme Dialektis sebagai kunci untuk mengubah diri sendiri secara ideologi, mengembangkan pandangan dunia materialis dialektis secara menyeluruh dan bersamaan dengan itu melawan pandangan idealis dan metafisiknya yang dulu. Dengan begitu ia memupuk kualitas baik dari pejuang proletariat yang militan dan sadar.

Kaum borjuasi dan kelas-kelas penghisap dan penindas lainnya bertolak dari pembelaan terhadap kepentingannya melawan kepentingan orang banyak. Untuk membela kepentingan kelasnya, mereka menghalangi kemajuan yang sedang berjalan dalam masyarakat. Kelas proletariat, di pihak lain, bertolak dari tujuan membebaskan seluruh umat manusia dari penghisapan dan penindasan kelas. Kaum proletariat berjuang untuk kemajuan masyarakat selanjutnya.

Ketika kaum borjuasi di Eropa bersifat revolusioner dan berjuang melawan kekuasaan kelas tuan tanah, untuk menumbangkan idealisme dan agama yang membela feodalisme. Mereka menganut sejenis materialisme yang berat sebelah, mekanik dan tidak menyeluruh. Kaum borjuasi menegakkan ilmu yang dibutuhkan oleh produksi modern. Di pihak lain, materialisme mekanik mengendorkan cengkraman agama dalam pikiran rakyat. Ia menguatkan ilmu pengetahuan alam dan berjuang melawan takhayul. Ia membuka jalan untuk runtuhnya feodalisme.

Idealisme Metafisik
Idealisme menganggap bahwa pikiran dan kesadaran manusia adalah yang pokok dan lebih menentukan dari pada alam. Idealisme percaya bahwa pikiran dan kesadaran manusia berdiri sendiri, secara terpisah dan berada di atas dunia material. Idealisme percaya bahwa semua hal ihwal ada atau eksis dalam dunia perasaan manusia atau persepsi. Tak ada hal yang ada di luar perasaan atau kesadaran, tak ada hal yang tidak datang dari atau tidak bergantung pada kesadaran.

Bagaimana dunia ada sebelum manusia atau sebelum kesadaran manusia? Untuk menjelaskan ini, Idealisme menganggap bahwa seluruh dunia terdiri dari bentuk-bentuk duniawi dari “roh/arwah maha kuasa” yang ada atau bergantung di udara dan menggerakkan semua hal-ihwal dan seluruh dunia: sebuah “kesadaran” yang lebih mencakup dari pada kesadaran manusia dan yang sudah ada sebelum adanya umat manusia. Contoh yang paling jelas dari Idealisme adalah penjelasan tentang dunia dan kejadian di dunia melalui takhayul, misteri dan roh/hantu dan kepercayaan agama.

Metafisik merupakan bagian dari pandangan dunia Idealis. Ia adalah pengertian idealis tentang perubahan dunia. Metafisik melihat dunia sebagai sebuah koleksi/kumpulan dari semua hal ihwal yang sudah dibuat, entitas yang tak berubah dan terpisah satu dengan yang lain. Kalau ada pengakuan terhadap perubahan, Metifisik menganggap bahwa ia berubah hanya dalam kuantitas, bentuk atau letak/posisi dari hal ihwal itu. Ia menganggap perubahan apapun disebabkan oleh satu sebab atau sebab-sebab yang terdapat di luar hal ihwal itu. Metafisik melihat hal ihwal terpisah dan tidak mempunyai hubungan satu dengan yang lain.

Metafisik memuja hal ihwal dan ide-ide yang sudah ada. Ia tidak mempunyai konsep sejarah dan perubahan. Ia hanya melihat masa sekarang. Ia menganggap semua hal ihwal dan ide yang ada bersifat abadi, tidak mempunyai asal mula dan akhir. Ketika berhadapan dengan perubahan yang sungguh-sungguh, kaum Metafisik menganggapnya sebagai keganjilan, kejadian yang kebetulan, atau akibat dari kekuatan luar.

Pepatah “Hidup manusia hanya seperti roda; kadang-kadang di bawah, kadang-kadang di atas”, adalah satu contoh dari pandangan Metafisik. Dinyatakan kemudian bahwa adanya seseorang di bawah atau di atas “roda kehidupan” tergantung kepada keberuntungan seseorang atau nasibnya.

Sebagai bagian dari pandangan dunia yang idealis, Idealisme dan Metafisik pada pokoknya adalah sama. Kedua-duanya memisahkan kesadaran dan pikiran dari dunia material, yang dalam kenyataannya, berubah tanpa hentinya dan bergerak menurut hukumnya sendiri. Dalam menganalisa hal-ihwal dan isu-isu, Idealisme dan Metafisik mengemukakan spekulasi yang tidak berdasarkan pada kejadian nyata, dan juga tidak diuji dalam praktek.

Materialisme Dialektik
Sebaliknya, Materialisme Dialektis berpendirian bahwa alam ada terlebih dulu dari pada kesadaran. Ia menganggap pikiran sebagai tak lain dari pada dunia material yang dicerminkan dalam pikiran atau intelek manusia dan diterjemahkan dalam bentuk ide-ide dan pikiran.

Dalam mempelajari hal ihwal, Materialisme Dialektis tidak ragu-ragu dalam mengartikan hal ihwal dan alam menurut keberadaan hal itu yang sesungguhnya. Ia tidak mencampur aduk dugaan-dugaan atau takhayul yang tidak mempunyai dasar apapun. Materialisme
Dialektis mencari kebenaran dari kejadian-kejadian yang nyata. Ia menguji ketepatan dari pikirannya dalam praktek.

Dialektika adalah pengertian dari Materialisme Dialektis terhadap perkembangan dunia. Ia melihat dunia sebagai sebuah koleksi hal-ihwal yang belum terbentuk secara keseluruhan, hal ihwal yang berubah dan maju tanpa henti. Hal ihwal yang kalau dilihat secara sekilas kelihatannya tidak bergerak atau tidak berubah--tepat seperti pengetahuan kita tentang mereka pada saat tertentu—padahal ia mengalami pemunculan dan pelenyapan yang terus menerus.

Dialektika melihat perubahan hal ihwal yang terus menerus sebagai akibat dari kontradiksi intern. Setiap hal ihwal dalam geraknya dipengaruhi dan mempengaruhi hal ihwal yang lain yang ada di sekelilingnya.

Materialisme Dialektis percaya bahwa dunia dan masyarakat berubah tidak saja dalam kuantitas dan posisi dan tidak saja dalam bentuk luarnya. Yang lebih penting lagi, hakekat atau ciri-ciri pokok dari dunia dan masyarakat berubah.

Materialisme Dialektis juga percaya bahwa perubahan di dunia dan masyarakat pertama-tama adalah akibat dari sebab-sebab intern. Pengaruh dan hubungannya dengan sebab-sebab luar hanyalah sekunder.

Materialisme Dialektik mempunyai dua ciri yang menonjol. Pertama, watak kelasnya: Materialisme Dialektis adalah pandangan dunia kaum proletariat. Kaum proletariat menemukannya dan secara terbuka mengabdi kepada perjuangan kaum proletariat, tidak kepada keelas lain.

Kedua, ciri praktisnya: Materialisme Dialektis menekankan bahwa teori bergantung kepada praktek, berasal dari praktek dan menguji ketepatannya melalui praktek. Materialisme Dialektis mempelajari dunia dengan satu tujuan yaitu mengubahnya dengan sadar.

Materialisme Dialektis benar-benar revolusioner. Ia mengajar kita untuk mengerti dunia menurut keberadaan material dunia yang sesungguhnya. Ia mengajar kita bagaimana menjadi analitis, berdisiplin dan kreatif untuk menemukan hukum-hukum yang memimpin perubahan di semua hal ihwal. Ia mengajar peranan aktif dari manusia dalam mengerti hakekat dari hal ihwal, sebab-sebab dan metode untuk mengubah hal ihwal.

Mengapa perlu bagi rakyat melancarkan revolusi melawan imperialisme, feodalisme dan kapitalisme birokrat? Mengapa perlu bagi kaum proletariat melancarkan revolusi untuk merebut kekuasaan politik dari kaum borjuasi?

Sebuah analisa materialis dialektis menunjukkan dasar bagi dilancarkannya revolusi, cara dan arah dari perubahan masyarakat. Ini bertentangan sama sekali dengan Idealisme dan Metafisik yang membutakan pikiran rakyat, menyesatkan mereka dari jalan pembebasan dan mengabdi untuk mengabadikan kelas-kelas penghisap dan penindas.

Idealisme menjelaskan kemiskinan dan kesusahan massa pekerja sebagai “nasib”, “untung”, “sudah ditakdirkan”, “sifat manusia” dan lain-lain. Penjelasan yang demikian mendorong sikap pasif dan menahan “nasib” yang sulit itu. Mereka juga mendorong ketergantungan total kepada Tuhan atau kebajikan dari kelas-kelas penghisap yang berkuasa.

Sebaliknya, Materialisme Dialektis menganalisa kondisi kongkrit dan sejarah massa dan masyarakat, menganalisa sumber dari kekayaan dan kekuasaan kelas-kelas yang berkuasa dan penderitaan dan penindasan dari kelas-kelas penghisap. Yang lebih penting lagi, ia tidak berhenti pada pengertian atas kondisi massa dan masyarakat hanya untuk meluaskan pengetahuannya.

Materialisme Dialektis mempelajarinya dengan tujuan pokok mengubah hubungan penghisapan dan penindasan yang ada dan membebaskan kelas pekerja. Lagi pula, ia mengajar bahwa massa harus bersandar kepada kesadaran revolusionernya, tekad dan persatuannya dan perjuangan bersama untuk merubah kondisinya dan masyarakat.

Materialisme Dialektis adalah sebuah senjata ampuh kelas buruh untuk mengerti alam dan masyarakat dan mengubahnya dengan aktif untuk manfaat umat manusia.

* Penulis adalah intelek Marxis asal Indonesia yang dibuang rejim Orde Baru (eksil) karena ayahnya Lukman, anggota CC PKI. Selama di pembuangan ia tinggal di Sovyet dan melangbuana ke Kuba, Tiongkok, Amerika Latin, dan Eropa.

Komentar :

ada 0 komentar ke “Materialisme Dialektika dan Idealisme Metafisik”

Posting Komentar

Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.

Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.

Terima kasih.

 

© Bingkai Merah, Organisasi Media Rakyat: "Mengorganisir Massa Melalui Informasi". Email: bingkaimerah@yahoo.co.id