13 Desember 2010

Wikileaks-nya Indonesia Bernama Indoleaks

Oleh Bintang Fajarbudi Semesta*

Kehadiran Indoleaks, laman yang muncul sejak awal Desember ini, dinilai sebagai Wikileaks-nya Indonesia. Indoleaks terinspirasi oleh konsep media “pelepasan dokumen (rahasia)” yang dipopulerkan oleh Wikileaks. Metode itu sebenarnya sudah dilakukan aktivisnet jauh hari sejak munculnya teknologi internet sebagai penanda lahirnya arus baru media informasi.

Wikileaks-lah yang kemudian mengumpulkan informasi begitu banyak dan sensitif dari Amerika Serikat yang terkenal dengan sistem keamanan nasionalnya itu. Mereka kemudian merilisnya secara bertahap. Alhasil, respon masyarakat dunia begitu besar. Kecaman dari banyak negara juga kuat.

Fenomena Wikileaks kemudian menginsipirasi Indoleaks. Kalau boleh dikata, Indoleaks menumpang ketenaran nama Wikileaks. Bedanya, Indoleaks hanya merilis dokumen Pemerintah Indonesia. Namun, ada satu nilai yang sama-sama diperjuangkan oleh Wikileaks, Indoleaks, maupun media nonkomersil lainnya yang mementingkan informasi untuk publik, yakni akses informasi yang sebenarnya.

Selama ini, publik kurang atau tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dari suatu peristiwa yang menyangkut sendi-sendi kehidupan mereka. Terlebih, ada peran negara di sana. Ambil contoh, Indoleaks merilis dokumen hasil percakapan Presiden Suharto dengan Presiden Amerika Serikat Gerald Rudolph Ford pada 5 Juli 1975 di Camp David, Maryland, Amerika Serikat.

Di pembicaraan itu membahas upaya Pemerintahan Suharto menumpas kaum komunis di Indonesia sejak 1965 yang diduga dibunuh sebanyak tiga juta orang. Suharto juga mengatakan ingin mempengaruhi negara-negara di Asia Tenggara dalam satu ideologi yang anti komunis. Ia juga memaparkan analisisnya soal konsolidasi kaum komunis di Vietnam, Kamboja, dan Laos.

Suharto pada kesempatan itu juga menegaskan akan membuka lebar lembaga-lembaga keuangan yang dibentuk dan didukung oleh Amerika Serikat berikut ekspansi ekonomi kapitalismenya di Indonesia.

Informasi lain yang baru saja dirilis Indoleaks adalah Salinan Surat Visum empat korban Gerakan 30 September 1965. Di salinan itu, tidak ada satu pun korban yang disilet kemaluannya sebagaimana fiksi sejarah Orde Baru yang menunjuk anggota-anggota Gerakan Wanita Indonesia sebagai pelakunya.

Lainnya, ada dokumen hasil riset yang menyatakan luapan lumpur di Sidoarjo bukan bencana alam. Namun, akibat kesalahan operasional dari Lapindo. Kesimpulan itu berbeda dengan yang pernah diutarakan oleh pemerintah. Sehingga, keuangan negara banyak dikeluarkan untuk urusan itu. Semestinya kerusakan alam, sosial, harta benda, diselesaikan oleh pihak Lapindo secara hukum.

Dokumen-dokumen yang dirilis Indoleaks seperti di atas bukan lagi bersifat “bocoran”, sehingga tidak dapat dinilai rahasia. Dokumen-dokumen itu berasal dari tangan kesekian kali yang juga telah digunakan untuk kajian-kajian akademisi dan advokasi. Atau juga digunakan untuk materi di pergerakan rakyat.

Namun, pengunjung dan pengunduh Indoleaks begitu pesat. Sejak seminggu penerbitannya, pengunduh dokumen-dokumen Indoleaks sampai saat ini, Senin (13/12) pukul 12.26 WIB, telah mencapai 593.499 orang. Kecepatan jumlah peningkatannya dalam hitungan seperdetik. Seperti yang tertera di laman yang menggunakan salah satu theme dari Blogger itu.

Antusiasme masyarakat yang besar terhadap Indoleaks menunjukkan kehausan informasi. Masyarakat selama ini tidak leluasa mendapatkan informasi sebenarnya yang memadai dari media-media arus besar. Hal itu terjadi karena media-media besar kurang lebih telah menjadi agen penundukan massa (hegemoni) dan pelanggengan kekuasaan modal dan politik. Kita dapat menilai pada akhirnya media-media itu telah mereproduksi fiksi-fiksi suatu peristiwa dari pihak kekuasaan itu.

Tidak heran, kehadiran Indoleaks dan Wikileaks membuat masyarakat seperti mendapatkan air penghilang dahaga atas kepenatan fiksi informasi yang dijejalkan paksa oleh kekuasaan ke kepala publik untuk menjadi kebenaran kolektif.

Semoga, masyarakat semakin sadar, selama ini dunia bukan hanya dibentuk dengan kekuatan uang dan senjata. Tetapi, dibentuk juga melalui media dan informasi. Media-media rakyat, seperti Wikileaks, Indoleaks, dan lainnya mencoba untuk membentuk ulang dunia itu dengan kebenaran informasi dan keadilan bagi setiap orang.

Bagaimana pun, Indoleaks memang tidak bisa menandingi kemajuan teknologi informasi sekaligus akses dan skala informasi yang dipunyai Wikileaks. Namun, setidaknya, seperti yang menjadi jargon Indoleaks, “Sebab Informasi adalah Hak Asasi”, masyarakat dapat mengetahui fakta-fakta yang sebenarnya. Fakta-fakta itu ternyata menunjukan peran kekuasaan yang tidak menghormati kemanusiaan dan alam di dalam kehidupan rakyat.

Oleh karena itu, Indoleaks, Wikileaks, atau media-media rakyat lainnya, harus didukung untuk menandingi, bahkan melawan informasi-informasi media besar yang jauh dari kebenaran. Secara tidak langsung, melawan kekuasaan itu sendiri. Untuk langkah awal, setiap pelaku media rakyat dan masyarakat harus mengamini, “Informasi adalah Hak Asasi”.

* Penulis adalah jurnalis Bingkai Merah.

Silakan lihat Wikileaks dan Indoleaks.


Komentar :

ada 0 komentar ke “Wikileaks-nya Indonesia Bernama Indoleaks”

Posting Komentar

Silakan pembaca memberikan komentar apa pun. Namun, kami akan memilah mana komentar-komentar yang akan dipublikasi.

Sebagai bentuk pertanggung-jawaban dan partisipasi, silakan pembaca memberikan identitas nama dan kota di setiap komentar dari pembaca dengan mengisi kolom Name/Url yang tertera di bawah komentar pembaca. Misalnya, Anggun, Denpasar.

Terima kasih.

 

© Bingkai Merah, Organisasi Media Rakyat: "Mengorganisir Massa Melalui Informasi". Email: bingkaimerah@yahoo.co.id